Minggu, 26 Juni 2011

REMEDIAL DAN MEMBUAT LAPORAN


MAKALAH
REMEDIAL DAN MEMBUAT LAPORAN

Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah               : Evaluasi Pendidikan
Dosen Pengampu       : Ahmad Afroni, M.Ag


 









Disusun oleh :
KELOMPOK 4
Ikhsan Setia Pujiono              202109387
Munadhiroh                            232108210
Sri Mutmainah                       232108211

KELAS F

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2011



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi seorang guru jika siswanya berhasil mencapai kompetensi yang ditetapkan. Namun tidak semua siswa dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan guru. Kelompok siswa yang belum mampu menguasai materi karena masalah-masalah tertentu dapat menghambat KBM jika tidak segera diatasi. Kegiatan yang dilaksanakan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dinamakan kegiatan “remedial”. Dapatkah herr (ujian ulang) dianggap sebagai kegiatan remedial? Herr atau ujian ulang dapat dikatakan sebagai kegiatan remedial apabila sebelum pelaksanaan herr, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang membantu siswa siswa memahami materi pelajaran yang belum dikuasainya sehingga siswa menguasai kompetensi yang diharapkan. Sebaliknya jika guru langsung memberikan ujian ulang tanpa melakukan pembelajaran tambahan yang membantu siswa mengatasi kesulitan yang dihadapinya maka pelaksanaan her tersebut tidaklah termasuk dalam kegiatan remedial.
            Dalam makalah ini akan dibahas secara leebih rinci tentang apa itu remedial. Di samping itu juga mengulas tentang cara membuat laporan guna membantu proses evaluasi.
B. Permasalahan
  1. Bagaimana Ontologi Remedial ?
  2. Bagaimana pelaksanaan Remedi Secara Individu, Organisasi Kegiatan Remedi, dan Pengajaran Remedi ?
  3. Apa yang dimaksud Program Remedi, Pengayaan, dan Akselerasi ?
  4. Apa yang dimaksud Laporan Hasil Belajar ?
  5. Apa saja manfaat laporan ?
  6. Bagaimana cara membuat laporan ?
C. Tujuan
  1. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Remedial.
  2. Untuk mengetahui tentang laporan, manfaat, dan cara membuat laporan.
BAB II
PEMBAHASAN
“REMEDIAL DAN MEMBUAT LAPORAN”
A. Remedial
1. Ontologi Kegiatan Remedial
Kegiatan remedial adalah kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Sesuai dengan pengertiannya, tujuan kegiatan remedial ialah membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku. [1]
Tujuan kegiatan remedial secara umum adalah sama dengan pembelajaran biasa yaitu membantu siswa mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai kurikulum yang berlaku. Sedangkan secara khusus kegiatan remedial bertujuan untuk membantu siswa yang belum menguasai materi pelajaran melalui kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui kegiatan remedial inilah siswa dibantu untuk memahami dan mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya dengan memperbaiki cara dan sikap belajarnya, disamping guru sendiri juga memperbaiki cara mengajarnya.[2]
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, fungsi kegiatan remedial adalah:
1.      Memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru (fungsi korektif);
2.      Meningkatkan pemahaman guru dan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya (fungsi pemahaman);
3.      Menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa (fungsi penyesuaian);
4.      Mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran (fungsi akselerasi);
5.      Membantu mengatasi kesulitan siswa dalam aspek sosial-pribadi (fungsi terapeutik).
Perbedaan kegiatan remedial dari pembelajaran biasa terletak pada pendekatan yang digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan remedial direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan individu atau kelompok siswa. Sedangkan pembelajaran biasa menerapkan pendekatan klasikal, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya.
Kegiatan remedial dapat dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif); setelah kegiatan pembelajaran biasa untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (kuratif); atau selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa (pengembangan).
Dalam melaksanakan kegiatan remedial guru dapat menerapkan berbagai metode dan media sesuai dengan kesulitan yang dihadapi dan tingkat kemampuan siswa serta menekankan pada segi kekuatan yang dimiliki siswa.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan remedial adalah:
1.      Analisis hasil diagnosis kesulitan belajar,
2.      Menemukan penyebab kesulitan,
3.      Menyusun rencana kegiatan remedial,
4.      Melaksanakan kegiatan remedial, dan
5.      Menilai kegiatan remedial. [3]
2. Remedi Secara Individu, Organisasi Kegiatan Remedi, dan Pengajaran Remedi
a. Remedi Secara Individual
Jika kesulitan belajar siswa baik yang bersumber internal ataupun eksternal telah diidentifikasi, program remedi perlu diformulasikan. Jika siswa telah dimotivasi dalam kegiatan belajar maka kegiatan remedi sebaiknya dilakukan secara individual. Penilaian remedipun difokuskan pada kebutuhan spesifik individual siswa . Tidak semua remedi dilakukan secara individual tetapi juga dapat dilaksanakan secara berkelompok maupun secara keseluruhan.
b. Organisasi Kegiatan Remidi
Prinsip program remedi :
                     i.      Perlu diadakan pencerahan kepada siswa bahwa tujuan khusus program remedi diantaranya mengatasi kesulitan belajar 
                   ii.      Perlu memiliki keberhasilan program remedi yang telah dilakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut guru perlu mengubah metode dan menggunakan materi yang bervariasi agar siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya
                  iii.      Evaluasi remedi memiliki arti penting bagi orang-orang terdekat siswa untuk mengetahui perkembangan belajar dan memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar yang telah diikuti ataupun yang akan diikuti.
c. Memberi Pengajaran Remidi
Tingkat awal remedi adalah membangun kembali keyakinan dalam diri siswa. Remedi yang baik pada umumnya mempunyai semua atribut mengajar yang baik, di tambah dengan contoh soal yang bisa digunakan untuk lebih memahami dan menguasai materi pembelajaran. Siswa diharapkan terus mengembangkan keyakinan ketika memiliki pengalaman dan merasakan usaha mereka berhasil untuk tetap termotivasi dan interes. Untuk belajar maka program remedi harus selalu ditekankan, tindakan monoton dan tanpa usaha perlu dihindari. Oleh karena itu pendekatan mengajar yang variatif perlu diperhatikan. Agar minat siswa dalam pembelajaran tidak menyusut dan berkurang, guru perlu memberikan  ijin untuk mengambil tes yang telah direncanakan  dan membantu mereka dalam menganalisis hasilnya, dan juga guru perlu memberikan pujian ketika siswa berhasil dalam program remedi.[4]
3. Program Remedi, Pengayaan, dan Akselerasi
Apabila KBK ini sudah dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan konsepnya, maka masing-masing siswa akan berpacu atau berkompetisi dalam menyelesaikan kompetensi-kompetensi dasar yang ada menurut kecepatan masing-masing secara alami. Mengingat kecepatan tiap-tiap siswa dalam pencapaian KD mungkin saja tidak sama, maka dalam pembelajaran, mungkin sekali terjadi perbedaan kecepatan belajar antara siswa yang sangat pandai dan pandai, dengan yang kurang pandai dalam pencapaian kompetensi. Sementara itu KBK mengharuskan pencapaian ketuntasan dalam pencapaian kompetensi untuk seluruh kompetensi dasar secara perorangan. Dengan kata lain, KBK harus menerapkan prinsip ketuntasan belajar. Implikasi dari prinsip tersebut adalah bahwa dalam KBK juga mengharuskan dilaksanakannya program-program remedial, pengayaan dan percepatan sebagai bagian tak terpisahkan dari penerapan sistem pembelajaran tuntas.
a. Pelaksanaan Program Remedial
1.      Cara yang dapat ditempuh
Masalah pertama yang akan selalu timbul dalam pelaksanaan pembelajaran tuntas adalah “bagaimana guru menangani siswa-siswa yang lamban atau mengalami kesulitan dalam menguasai KD tertentu”.
Ada 2 cara yang dapat ditempuh yaitu:
a)      Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu. Cara ini merupakan cara yang mudah dan sederhana untuk dilakukan karena merupakan implikasi dari peran guru sebagai “tutor
b)      Pemberian tugas-tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus, yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular. Adapun bentuk penyedernahaan itu dapat dilakukan guru antara lain melalui:
                                 i.      Penyederhanaan isi/materi pembelajaran untuk KD tertentu
                               ii.      Penyederhanaan cara penyajian (misalnya: menggunakan gambar, model, skema, grafik, memberikan rangkuman yang sederhana, dll.)
                              iii.      Penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan.
2.      Materi dan waktu pelaksanaan program remedial:
a)      Program remedial diberikan hanya pada KD-KD yang belum dikuasai
b)      Program remedial dilaksanakan pada:
                                 i.      Setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu
                               ii.      Setelah mengikuti tes/ujianBlok atau sejumlah KD dalam satu kesatuan
                              iii.      Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir. Khusus untuk remedi terakhir ini hanya diberlakukan untuk KD atau blok terakhir dari KD atau blok-blok yang ada pada semester tertentu.
b. Pelaksanaan Program Pengayaan
1.      Cara yang ditempuh
Kondisi yang sebaliknya dari program remedial, dalam kelas yang menerapkan pembelajaran tuntas adalah akan selalu ada siswa-siswa yang lebih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan. Siswa-siswa inipun tidak boleh diterlantarkan. Mereka perlu mendapatkan tambahan pengetahuan maupun keterampilan sesuai dengan kapasitasnya, melalui program pengayaan.
Adapun cara yang dapat ditempuh di antaranya adalah:
                                 i.      Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan memperluas wawasan bagi KD tertentu
                               ii.      Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf, dll.
                              iii.      Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan
                             iv.      Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan.
2.      Materi dan waktu pelaksanaan program pengayaan
a)      Program pengayaan diberikan sesuai dengan KD-KD yang dipelajari
b)      Waktu pelaksanaan program pengayaan adalah:
                                 i.      Setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu.
                               ii.      Setelah mengikuti tes/ujianbl ok atau kesatuan KD tertentu
                              iii.      Setelah mengikuti tes/ujian KD atau blok terakhir pada semester tertentu. Khusus untuk program pengayaan yang dilaksanakan pada akhir semester ini materinya juga hanya yang berkaitan dengan KD-KD yang terkait dengan blok terakhir dari blok-blok yang ada pada semester tertentu.

c. Pelaksanaan Program Akselerasi
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran tuntas juga memungkinkan adanya siswa-siswa yang luar biasa cerdas dan mampu menyelesaikan KD- KD jauh lebih cepat dengan nilai yang amat baik pula (>85). Siswa-siswa dengan kecerdasan luar biasa ini memiliki karakteristik khusus yaitu tidak banyak memerlukan bantuan berupa program-program remedial maupun pengayaan, sebab mungkin justru akan mengganggu optimalisasi belajarnya. Bentuk layanan terbaik yang seharusnya diberikan adalah berupa program percepatan (akselerasi) secara alami dan bukan dalam bentuk kelas akselerasi. Siswa-siswa yang dapat menguasai kompetensi dasar tertentu atau mencapai ketuntasan secara cepat dengan nilai >85 sebaiknya tidak perlu diberikan pengayaan, tetapi langsung dipersilahkan untuk mempelajari KD berikutnya. Dengan cara seperti itu mereka mungkin akan menyelesaikan belajarnya lebih cepat dari teman-temannya. Agar program percepatan secara alami dapat terlaksana dengan baik, maka program- program pembelajaran perlu dikemas dalam satuan-satuan, dan disiapkan dengan cermat serta rinci, dalam bentuk modul-modul atau paket-paket pembelajaran. Tanpa modul atau paket-paket pembelajaran yang terprogram dengan baik, program percepatan tentu sulit untuk dilakukan. [5]
B. Membuat Laporan
1. Pengertian dan Bentuk Laporan
Untuk dapat memberikan informasi yang baik, sebagai dasar pengambilan keputusan, maka perlu dibuat laporan hasil evaluasi pembelajaran. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam membuat laporan hasil evaluasi. Laporan hasil evaluasi harus membuat informasi yang lengkap, mudah difahami, mudah dibuat, dapat dipakai, bersifat objektif.
Bentuk laporan hasil evaluasi, bisa berupa angka, huruf, gambar atau bahasa. Fungsi laporan, disamping untuk kepentingan kegiatan pembalajaran di sekolah, juga untuk dipergunakan oleh siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi.[6]
2. Pentingnya / Manfaat Laporan
            Laporan tentang siswa bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu sebagai berikut:
  1. Siswa sendiri
Bagi siswa laporan kemajuan atau laporan prestasi akan sangat bermanfaat karena:
·        Secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu akibat dari apa yang telah mereka lakukan.
·        Dengan mengetahui hasil yang positif dari perbuatannya, maka pengetahuan yang diperoleh akan dikuatkan.
·        Jika siswa mendapat informasi bahwa jawabannya salah, maka lain kali ia tidak akan menjawab seperti itu lagi.

TES STANDAR, TES BUATAN GURU, DAN ANALISIS HASIL TES


MAKALAH
TES STANDAR, TES BUATAN GURU, DAN ANALISIS HASIL TES
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah                 : Evaluasi Pendidikan
Dosen Pengampu          : Ahmad Afroni, M.Ag


 









Disusun oleh :
KELOMPOK 4
Ikhsan Setia Pujiono              202109387
Munadhiroh                            232108210
Sri Mutmainah                       232108211

KELAS F

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2011



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Tes adalah salah satu bentuk instrumen evaluasi untuk mengukur seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai pokok-pokok materi yang sudah diajarkan. Tes ada yang dibuat oleh seorang guru yang kemudian disebut tes buatan guru dan ada tes yang sudah memenuhi standar suatu satuan pendidikan maupun lembaga pendidikan yang kemudian disebut tes terstandar.
Dalam menilai, baik tes terstandar maupun tes buatan guru ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan analisis hasil tes tersebut. Dalam makalah ini akan diuraikan tentang banyak hal yang berkaitan dengan tes standar dan tes buatan guru. Serta dijelaskan juga tentang analisis hasil tes.
B.     Permasalahan
1.      Apa yang dimaksud tes standar dan tes buatan guru itu?
2.      Bagaimana perbandingan antara tes standar dengan tes buatan guru?
3.      Apa saja kegunaan kedua tes tersebut?
4.      Kelengkapan apa saja yang harus ada pada tes standar?
5.      Bagaimana cara menilai tes yang dibuat sendiri?
6.      Bagaimana cara menganalisis hasil tes?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan tes standar dan tes buatan guru.
2.      Untuk mengetahui tentang cara menganalisis hasil tes.











BAB II
PEMBAHASAN
“TES STANDAR, TES BUATAN GURU, DAN ANALISIS HASIL TES”
A.     Tes Standar dan  Tes Buatan Guru
  1. Pengertian Tes Standar, Tes Prestasi Standar
Pengertian tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara professional. Tes tersebut diketahui memenuhi syarat sebagai tes yang baik. Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama, dapat diterapkan pada beberapa obyek mencakup wilayah yang luas. Untuk mengukur validitas dan reliabilitasnya telah diuji-cobakan beberapa kali sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.[1]
Di antara tes prestasi yang digunakan di sekolah ada yang dinamakan tes prestasi standar. Dalam salah satu  kamus, arti kata ”standar” adalah:
A degree of level of requirement, excellence, or attainment
Standar untuk siswa dapat dimaksudkan sebagai suatu tingkat kemampuan yang harus dimiliki bagi suatu program tertentu. Mungkin standar bagi suatu kursus A berbeda dengan B. Jadi standar ini dapat dibuat “keras” maupun “lunak” tergantung dari yang mempunyai  kebijaksanaan.
Suatu tes standar dengan demikian berbeda dengan tes prestasi biasa.
Prosedur yang digunakan untuk menyusun tes standar untuk tes prestasi melalui cara langsung yang ditumbuhkan dari tes yang digunakan di kelas. Sedangkan spesifikasi yang digunakan untuk menentukan isi dalam tes bakat biasanya didasarkan atas analisis job (jabatan) atau analisis tugas yang merupakan tuntutan calon pekerjaannya. Disamping itu juga mempertimbangkan sifat-sifat yang ada pada manusia. Analisis jabatan analisis tugas yang dilakukan biasanya tidak tidak didasarkan atas satu kurikulum, tetapi diambil dari masyarakat.
Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu standar penampilan (performance) dan penampilan kelompok lain dapat dibandingkan dengan penampilan kelompok standar tersebut.
Istilah “standar” tidak mengandung arti bahwa tes tersebut mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan pada suatu tingkat tertentu atau bahwa tes itu menyiapkan suatu standar prestasi dimana siswa harus dan dapat mencapai suatu tingkat tertentu. Sekali lagi, tes standar dipolakan untuk penampilan prestasi sekarang (yang ada) yang dilaksanakan secara seragam, diusahakan dalam kondisi yang seragam, baik itu diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan perseorangan maupun siswa sebagai anggota dari suatu kelompok.[2]
  1. Perbandingan Tes Standar dan Tes Buatan Guru.
Tes standar disusun dalam tipe-tipe soal yang sama yang meliputi bahan atau pengetahuan yang sama banyak dengan bahan atau pengetahuan yang dicakup oleh tes buatan guru. Lalu apakah perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru, atau apakah keburukan dan keuntungan tes standar?
Pertama, marilah kita tinjau perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru. Perbedaannya adalah sebagai berikut:
Tes Standar
Tes Buatan Guru
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari sekolah-sekolah di seluruh Negara.
b. Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan atau keterampilan dengan hanya sedikit butir tes untuk setiap keterampilan atau topik.
c. Disusun dengan kelengkapan staf profesor, pembahas, dan editor butir tes.
d. Menggunakan butir tes yang sudah diujicobakan (try out), dianalisis dan direvisi sebelum menjadi sebuah tes.
e. Mempunyai reliabilitas yang tinggi.
f. Dimungkinkan menggunakan norma untuk seluruh Negara.
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan oleh guru untuk kelasnya sendiri.
b. Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan atau keterampilan yang sempit.
c. Biasanya disusun sendiri oleh guru dengan sedikit atau tanpa bantuan orang lain/tenaga ahli.
d. Jarang menggunakan butir tes yang sudah diujicobakan, dianalisis dan direvisi.
e. Mempunyai reliabilitas sedang atau rendah.
f. Norma kelompok terbatas kelas tertentu.
Kedua, untuk menyusun tes standar, diutuhkan waktu yang lama. Seperti disebutkan ahwa untuk memperoleh sebuah tes standar melalui prosedur:
o       Penyusunan;
o       Uji coba;
o       Analisa;
o       Revisi;
o       Edit.
Kelima kegiatan ini membutuhkan waktu lama.[3]
  1. Kegunaan Tes Standar dan Tes Buatan Guru.
a.       Kegunaan Tes Standar
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes standar adalah:
a)      Jika ingin membuat perbandingan,
b)      Jika banyak orang yang akan memasuki suatu sekolah tetapi tidak tersedia data tentang calon ini.
Secara garis besar kegunaan tes standar adalah:
                                       i.      Membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan individu atau kelompok.
                                     ii.      Membandingkan tingkat prestasi siswa dalam keterampilan di berbagai bidang studi untuk individu atau kelompok.
                                    iii.      Membandingkan prestasi siswa antara berbagai sekolah atau kelas.
                                   iv.      Mempelajari perkembangan siswa dalam suatu periode waktu tertentu.
b.      Kegunaan Tes Buatan Guru
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes buatan guru adalah:
                                       i.      Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu.
                                     ii.      Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
                                    iii.      Untuk memperoleh suatu nilai.
Selanjutnya baik tes standar dan tes buatan guru dianjurkan dipakai jika hasilnya akan digunakan untuk:
a)      Mengadakan diagnosis terhadap ketidakmampuan siswa.
b)      Menentukan tempat siswa dalam suatu kelas atau kelompok.
c)      Memberikan bimbingan kepada siswa dalam pendidikan dan pemilihan jurusan.
d)      Memilih siswa untuk program-program khusus.[4]
  1. Kelengkapan Tes Standar
Sebuah tes yang sudah distandardisasikan dan sudah dapat disebut sebagai tes standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat keterangan-keterangan atau petunjuk-petunjuk yang perlu terutama yang menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor, dan mengadakan interpretasi.
Secara garis besar manual tes standar ini memuat:
a.      Ciri-ciri mengenai tes, misalnya menyebutkan tingkat validitas, tingkat reliabilitas dan sebagainya.
b.      Tujuan serta keuntungan-keuntungan dari tes
Misalnya yang disebutkan untuk siapa tes tersebut diberikan dan untuk tujuan apa.
c.       Proses standardisasi tes
Misalnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sampel.
- Besarnya sampel,
- Teknik sampling,
- Kelompok mana yang diambil sebagai sampel (sifat sampel).
Juga mengenai taraf kepercayaan yang diambil dan bagaimana kaitannya dengan hasil tes.


d.      Petunjuk-petunjuk tentang cara melaksanakan tes
Misalnya: dilaksanakan dengan lisan atau tertulis, waktu yang digunakan untuk mengerjakan setiap bagian, boleh tidaknya tercoba keluar jika sudah selesai mengerjakan soal itu dan sebagainya.
e.       Petunjuk-petunjuk bagaimana cara menskor
Misalnya: untuk beberapa skor tiap-tiap soal/unit, menggunakan sistem hukuman atau tidak, bagaimana cara menghitung nilai akhir dan sebagainya.
f.        Petunjuk-petunjuk untuk menginterpretasikan hasil
Misalnya:
- Betul nomor sekian sampai sekian cocok untuk jabatan kepala seksi,
- Betul nomor sekian saja, cocok untuk jabatan guru dan sebagainya.
g.      Saran-saran lain
Misalnya: siapa harus menjadi pengawas, bagaimana seandainya tidak ada calon yang mencapai skor tertentu dan sebagainya.[5]
B.     Menganalisis Hasil Tes
1.      Menilai Tes yang Dibuat Sendiri/Guru
Ada 4 cara untuk menilai tes yaitu :
a.       Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain:
·              Apakah banyaknya soal untuk tiap topik sudah seimbang?
·              Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan?
·              Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang membingungkan?
·              Apakah soal itu tidak sukar untuk dimengerti?
·              Apakah soal itu tidak dapat dikerjakan oleh sebagian siswa?
b.      Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.
Faedah mengadakan analisis soal:
·              Membantu kita dalam mengidentifikasi butir-butir soal yang jelek.
·              Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut.
·              Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.
c.       Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler. Untuk mengadakan checking validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.
Dalam hal ini Terry D. Ten Brink, mengemukakan pendapatnya demikian:
·              Untuk tes yang dirancang akan menggunakan norm-referenced tidak harus menuliskan setiap tujuan khusus, tetapi cukup dengan tujuan-tujuan yang esensial saja.
·              Untuk tes yang dirancang akan menggunakan criterion referenced, maka setiap tujuan khusus harus dicantumkan dalam tabek spesifikasi.
d.      Cara keempat adalah dengan mengadakan checking reliabilitas.
Salah satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.[6]
2.      Analisis Butir Soal
Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.
a.      Taraf  Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran  ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.
0,00--------------------------1,00
Sukar                           Mudah
Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata ”proporsi”. Dengan demikian maka soal dengan P=0,70 lebih mudah dibandingkan dengan P=0,20, begitu juga sebaliknya.
Rumus mencari P adalah:
                  Di mana:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Contoh penggunaan:
Misalnya jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 orang. Dari 40 orang siswa tersebut 12 orang dapat mengerjakan soal nomor 1 dengan benar. Maka indeks kesukarannya adalah:
            Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
§         Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
§         Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
§         Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
            Walaupun demikian ada yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-soal sedang, adalah soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.[7]

b.      Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar). Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal ”terbalik” menunjukkan kualitas testee. Yaitu anak yang pandai disebut bodoh dan anak yang bodoh disebut pandai.
Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda yaitu :
-1,00                                        0,00                                         1,00
                        -1,00 = daya pembeda negatif
                        0,00 = daya pembeda rendah
                        1,00 = daya pembeda tinggi (positif)
Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower group).
Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar, sedang seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai D paling besar, yaitu 1,00. sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab betul, maka nilai D-nya -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai nilai D 0,00. Karena tidak mempunyai daya pembeda sama sekali.
Cara menentukan Daya Pembeda (nilai D)
a)      Untuk kelompok kecil
Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
Contoh:
                 
Siswa
Skor
A
9
B
Kelompok Atas (Ja)
 
8
C
7
D
7
E
6
F
5
G
Kelompok Bawah (Jb)
 
5
H
4
I
4
J
3
Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah, lalu dibagi 2.
b)      Untuk kelompok besar
Untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas (Ja) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah (Jb)
Contoh :
9
9
8
8
8                27% sebagai Ja
.
.
.
-
.
.
-
.
.
.
2                27% sebagai Jb
1
1
1
0
   Rumus mencari D
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
Di mana:
J = jumlah peserta tes
Ja = banyaknya peserta kelompok atas
Jb = banyaknya peserta kelompok bawah
Ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
Bb = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.
Pa = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Pb = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi Daya Pembeda
D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70 : baik (good)
D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)
D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.
Hubungan antara P dan D
Untuk melihat hubungan antara P dengan D, perlu kita telaah kembali rumus-rumus untuk menentukannya.
………………….(1)
……………………………….(2)
Dari indeks kesukaran (P) dan indeks diskriminasi (D) dapat diperoleh hubungan sebagai berikut:
Dmax = 2P...(3)

Sebagai contoh:
Soal dengan P = 0,20 akan
memberikan Dmax = 0,40
Soal dengan P = 0,80 akan
 memberikan Dmax yang sama.
Dari grafik terlihat bahwa soal-soal dengan nilai P = 0,50 memunkinkan untuk mendapat daya pembeda paling tinggi.[8]
c.       Pola Jawaban Soal
Yang dimaksud pola jawaban soal disini adalah distribusi tes tersebut dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya tes tersebut yang memilih pilihan jawaban a, b, c atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dalam istilah evaluasi disebut omit disingkat O.
Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui :
1. Taraf kesukaran soal
2. Daya pembeda soal
3. Baik dan tidaknya distraktor
Sesuatu distroktor dapat diperlakukan dengan 3 cara :
a. Diterima, karena sudah baik
b. Ditolak, karena tidak baik
c. Ditulis kembali karena kurang baik
Menulis soal adalah suatu pekerjaan yang sulit, sehingga apabila masih dapat diperbaiki sebaiknya diperbaiki saja, tidak dibilang suatu distroktor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih 5 % pengikut tes.
Contoh Perhitungan:
Dari analisis sebuah item, polanya diketahui sebagai berikut:
Pilihan Jawab
a
b
c*
d
O
Jumlah
Kelompok Atas
5
7
15
3
0
30
Kelompok Bawah
8
8
6
5
3
30
Jumlah
13
15
21
8
3
60


Dari pola jawaban soal dapat dicari:
1)     
2)     
3)      Distraktor: semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karena sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes.
4)      Dilihat dari segi omit (kolom pilihan paling kanan) adalah baik. Sebuah item dikatakan baik jika omitnya tidak lebih dari 10% pengikut tes.
(5% dari pengikut tes = 5% x 60 orang = 3 orang)[9]






















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes standar adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara professional. Baik tes standar maupun tes buatan guru mempunyai kegunaan masing-masing dan saling melengkapi satu sama lain dalam proses evaluasi. Sebuah tes yang sudah distandardisasikan dan sudah dapat disebut sebagai tes standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual.
Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Dalam analisis soal ada beberapa hal yang penting yaitu mencari taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.




[2] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hlm. 145-146
[3] Ibid, hlm. 146-147
[4] Ibid, hlm. 147-149
[5] Ibid, hlm. 149-150
[6] Ibid, hlm. 205-206
[7] Ibid, hlm. 207-210
[8] Ibid, hlm. 211-219
[9] Ibid, hlm. 219-221